PINRANG,MATALASINRANG.com– Pemandangan luar biasa kembali memukau masyarakat Kabupaten Pinrang, khususnya di Desa Ujung Lero, Kecamatan Suppa. Tradisi budaya khas masyarakat Mandar, Saeyyang Pattuddu—atau ‘kuda menari yang dihias’—kembali digelar dengan meriah, tidak hanya sebagai wujud syukur atas khatam Al-Qur’an, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi wisata.Senin, 29 /9/2025
Kegiatan yang identik dengan arak-arakan kuda hias yang melenggang lincah membawa anak-anak yang telah menyelesaikan 30 juz Al-Qur’an ini, memancarkan pesona budaya yang kuat sekaligus menjadi daya tarik wisata baru di wilayah tersebut.
Kemeriahan Saeyyang Pattuddu tahun ini secara resmi dilepas langsung oleh Ketua TP PKK Kabupaten Pinrang, Sri Widiati A. Irwan, menandakan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap pelestarian warisan leluhur.
Akulturasi Budaya dan Jati Diri Pinrang
Meskipun Saeyyang Pattuddu merupakan warisan suku Mandar, tradisi ini telah berakulturasi dengan indah di Desa Ujung Lero, yang mayoritas penduduknya berasal dari suku tersebut.
Bupati Pinrang H. A. Irwan Hamid, S.Sos, menyampaikan rasa syukurnya atas terlaksananya acara ini. Ia menegaskan bahwa keberlangsungan tradisi ini membuktikan kapasitas masyarakat Pinrang dalam memelihara keragaman budaya yang sarat makna.
“Tradisi ini membuktikan bagaimana masyarakat Pinrang mampu menjaga dan melestarikan budaya yang sarat makna, meskipun berasal dari luar. Kehadirannya memperkaya khazanah budaya kita,” ungkap Bupati Irwan.
Lebih lanjut, Bupati Irwan berharap agar Saeyyang Pattuddu tidak hanya berhenti sebagai acara seremonial adat, melainkan dapat diangkat menjadi agenda tahunan resmi yang mampu menarik wisatawan dari luar daerah.
Budaya sebagai Pintu Masuk Ekonomi Kerakyatan
Keistimewaan Saeyyang Pattuddu terletak pada dampak positifnya terhadap sektor perekonomian lokal. Bupati Irwan secara tegas melihat kegiatan budaya ini sebagai stimulus ekonomi yang nyata.
“Budaya adalah kekuatan besar jika kita rawat bersama. Saeyyang Pattuddu ini tidak hanya menjaga jati diri kita, tetapi juga menjadi pintu masuk tumbuhnya ekonomi kerakyatan,” tegas Bupati.
Sejak persiapan hingga puncak acara, aktivitas perdagangan, kuliner lokal, hingga industri kreatif masyarakat Desa Ujung Lero mengalami peningkatan signifikan. Lonjakan kunjungan dari masyarakat maupun wisatawan lokal telah menggerakkan roda perekonomian mikro di sekitar lokasi acara.
Masyarakat Desa Ujung Lero menyambut baik dukungan pemerintah daerah ini. Dengan semangat kebersamaan, mereka berkomitmen untuk terus melestarikan Saeyyang Pattuddu, tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap adat dan agama, tetapi juga sebagai peluang emas untuk meningkatkan kesejahteraan melalui sektor wisata berbasis budaya yang unik dan otentik.
Editor by @RD